Kondisi Ekonomi China Lebih Buruk Dibandingkan Dengan Amerika Serikat

0

Kondisi Ekonomi China Lebih Buruk Dibandingkan Dengan Amerika Serikat, Apakah Memberikan Dampak Untuk Ekonomi Indonesia?

Belum lama ini, terdapat banyak informasi yang memberitakan tentang Kondisi Ekonomi China yang dinilai lebih buruk dibandingkan dengan Amerika Serikat. Mengetahui banyaknya kabar tersebut, banyak pertanyaan yang muncul apakah keadaan tersebut akan memberikan dampak terhadap kondisi Ekonomi Tanah Air?

Penjelasan dari Bank Indonesia (BI)

Dikabarkan, Bank Indonesia telah menyampaikan terkait kondisi ekonomi global yang menjadi mitra perdagangan utama Indonesia. Terlebih lagi, Negara yang disebutkan oleh Bank Indonesia merupakan Negara adidaya, yaitu Amerika Serikat dan China.

Erwindo Kolopaking sebagai Kepala Departemen Kebijakan ekonomi dan Moneter Bank Indonesia mengungkapkan bahwa kondisi Ekonomi China saat ini masih dalam keadaan yang kurang baik jika dibandingkan dengan kondisi Ekonomi Amerika Serikat yang dinilai lebih baik dalam kondisi yang tak meyakinkan.

Baca Juga : Suara Rintihan dаrі Kubur

Erwindo menambahkan bahwa jika para pelaku ekonomi ini sangat yakin di awal tahun ini akan terdapat beberapa stimulus tambahan yang baik dari China. Akan tetapi, kondisi yang kurang baik tersebut dikarenakan masih ada utang dari beberapa sektor, terutama dari sektor rumah tangga yang cukup tinggi serta kinerja property dan konsumsi yang kian menurun.

Bagi pria yang akrab disapa Dodo tersebut, apabila melihat dari beberapa tahun ke belakang, sejatinya Negeri Tirai Bambu tersebut telah memberikan dorongan yang baik dari segi infrastruktur, diawali dengan jalan hingga berbagai bangunan.

Namun sangat disayangkan, saat China mencoba untuk memberikan dorongan ke sektor konsumsi masih belum mendapatkan hasil yang kuat dan belum mampu menopang kondisi ekonomi domestik. Akhirnya, ketika kondisi ekonomi Negeri Tirai Bambu kian melambat maka akan memberikan dampak kepada beberapa Negara disekitarnya, salah satunya adalah Indonesia yang merupakan mitra dagang dari China.

Baca Juga :  Berikut Tata Cara Penyembelihan Hewan Qurban Sesuai Syariat

Kondisi Terkini Ekonomi Amerika Serikat

Disamping itu, kondisi ekonomi Amerika Serikat sendiri, menurut Dodo, dinilai lebih baik dibandingkan dengan prediksi sebelumnya. Hal itu dikarenakan adanya stimulus yang diberikan ketika pandemi Covid-19 terjadi menjadikan banyak masyarakat memiliki banyak bekal untuk menopang konsumsi.

Itulah yang menjadikan inflasi di Amerika Serikat menjadi lebih konsisten di atas target dari The Fed. Dodo menjelaskan The Fed ini diperkirakan masih akan terus meningkatkan suku bunga yang awalnya berada di kuartal III akan tetapi nantinya akan ditunda pada kuartal IV 2023. Dodo menilai ini juga akan menjadi dorongan terhadap ketidakpastian yang terjadi di pasar keuangan.

Tak sampai situ, menjelang akhir tahun fiskal Amerika Serikat di kuartal III 2023 ini, Dodo menganggap bahwa akan adanya dorongan pasar keuangan yang lebih bergejolak. Pada intinya, pertumbuhan ekonomi ini nanti akan terus terjaga serta PMI Global juga akan membaik.

Pengampu Ekonomi Global Dari Asia-Pasifik

Diketahui sebelumnya, Asia-Pasifik merupakan pemberi dorongan utama untuk pertumbuhan ekonomi global yang berjangka pendek maupun panjang. Hal itu telah disampaikan langsung oleh Rajiv Biswas selaku Kepala Ekonomi Asia-Pasifik S&P Global ketika ditemui saat acara Konferensi Energi Tahunan APPEC.

Saat melihat pada dekade di depan, Rajiv memprediksi Asia Pasifik akan menjadi wilayah yang memiliki perkembangan ekonomi paling cepat di dunia. Ia juga menganggap beberapa Negara di Asia Pasifik ini akan menjadi pendorong ekonomi global. Negara Asia Pasifik yang dimaksud adalah Vietnam, India, Filipina, dan Indonesia.

Rajiv menjelaskan bahwa yang terjadi pada perekonomian India saat ini mengalami ekspansi yang cukup besar serta dinilai sebagai prospek yang sangat baik untuk Asia Tenggara. Bahkan, ia juga memperkirakan pertumbuhan yang cukup mencolok masih akan terus bertambah, khususnya Vietnam, Filipina, dan Indonesia yang menjadi sejumlah Negara yang memiliki pertumbuhan paling cepat di dunia pada dekade berikutnya.

Baca Juga :  Jika Terpilih Sebagai Presiden, Ganjar Akan Melakukan Pemberantasan Judi Online dan Pornografi

Perkembangan PDB Vietnam saat kuartal kedua 2023 telah mengalami perkembangan mencapai 4,14 persen. Hal itu tentu sebuah pencapaian yang cukup baik jika dibandingkan pada tahun lalu yang hanya mencapai di angka 3,28 persen di kuartal pertama.

Sedangkan Indonesia sendiri merupakan Negara ekonomi paling besar di Asia Tenggara yang berhasil meningkatkan kondisi ekonomi yang mencapai 5,17 persen di kuartal kedua 2023. Setelah itu, India juga mengalami perkembangan yang mencapai di angka 7,8 persen.

Perkembangan tersebut tentu menjadi penanda sebagai Negara yang memiliki perkembangan yang paling cepat di tahun ini. Rajiv menjelaskan tentang prediksi S&P Global bahwa India akan melebihi Negeri Sakura (Jepang) sebagai Negara dengan tingkat perekonomian terbesar pada tahun 2030 mendatang. 

Dengan PDB Negara itu nant diperkirakan akan terus meningkat yang awalnya USD 3,5 Triliun di tahun 2023 akan mengalami peningkatan mencapai USD 7,3 Triliun pada tahun 2030 mendatang. Secara regional ini, peningkatan Asia Pasifik diproyeksikan mengalami penningkatan awalnya 3,3 persen di tahun lalu akan meningkat hingga 4,2 persen di tahun ini menurut proyeksi dari S&P.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *